Asshabul Ukhdud "Pembakaran Orang – Orang Beriman DI dalam Parit"

Kisah orang-orang yang beriman yang dibakar di dalam parit tanpa memandang golongan dan usia, hanya karena mereka berusaha mempertahankan ajaran Tauhid, kisah yang lebih dikenal dengan asshabul ukhdud.

Asshabul ukhdud sendiri yang dimaksud dalam Al Quran adalah orang-orang keji, yang menyiksa dan membakar orang beriman, dan peristiwa ini disebut dalam Al Qur’an dalam surah Al Buruj.

Di dalam Al Qur’an surah Al Buruj ayat 1-11 Allah berfirman yang artinya :

“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan demi hari yang dijanjikan. Demi yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman), yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin. Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji, yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh, menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahanam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar. Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, itulah kemenangan yang agung.” 

Dahulu ada seorang raja, dia memiliki seorang tukang sihir yang sudah tua. Hingga pada suatu hari tukang sihir itu dating menemui raja dan berkata : “sekarang aku sudah tua, aku takut ilmuku akan lenyap. Kirimkanlah seorang pemuda yang pandai kepadaku, yang akan ku ajari semua ilmuku.” Dan sang raja pun mengutus seorang pemuda kepada si penyihir. Hampir setiap hari pemuda itu pulang pergi dari tempat penyihir dia melewati seorang pendeta yang sedang menyebarkan ajaran Tauhid. Pemuda itu pun penasaran dan duduk ikut mendengarkan ajaran si pendeta, sehingga takjublah pemuda itu kepada si pendeta. Maka hamper tiap hari dia dating terlambat ketempat si penyihir karena mampir dulu ketempat si pendeta hingga membuat murka penyihir dan memukulnya. 

Mendapat perlakuan seperti itu ia mengadu kepada pendeta tadi, si pendeta pun berpesan : “jika dirimu takut kepada si penyihir, katakanlah bahwa keluargamu menghalangimu sehingga kamu terlambat, dan jika dirimu takut kepada keluargamu katakana kalau tukang sihir mencegahmu.” Dengan begitu si pemuda tersebut dapat bebas dari kekesalan si penyihir dan keluarganya.

Suatu ketika ada seekor binatang buas yang menghalangi jalan. Binatang itu teramat besar. Pemuda itu pun berfikir inilah saatnya mencari kebenaran ajaran mana yang benar antara si pendata dan si penyihir.

Pemuda tersebut lalu mengambil sebongkah batu kemudian dilemparkannya batu tersebut kepada binatang buas itu. Lalu ia berdo’a kepada Tuhan bahwa jika binatang itu mati maka pendeta lah yang benar, namun jika tidak maka ia akan memantapkan hatinya untuk berguru kepada si penyihir.

Begitu terkena lemparan batu dari si pemuda, binatang itupun langsung mati. Maka orang-orang yang melihat kejadian tersebut mengira pemuda itu membunuh binatang tersebut menggunakan sihirnya.

Setelah itu datanglah ia ketempat pendeta dan menceritakan kejadian tersebut, pendeta pun berkata kepada pemuda tersebut : “Anakku, hari ini dirimu lebih baik daripada aku, dirimu telah samapi pada perkara yang aku sangka. Ketahuilah sesungguhnya dirimu akan diuji, dan bila dirimu diuji, janganlah kau sebutkan tentang diriku.”

Dengan izin Allah pemuda ini diberikan kemampuan menyembuhkan buta, penyakitkusta,dan segala jenis penyakit lainnya.

Hingga salah seorang kepercayaan dari sang raja mendengar berita tersebut. Dia dating kepada pemuda itu denga nharta yang berlimpah untuk menyebuhkan kebutaannya. Dia berkata kepada pemuda tersebut : “Ambilah semua yang ada disini jika engkau berhasil menyembuhkanku.”

Pemuda itu pun menjawab : "Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seseorang. Yang menyembuhkan adalah Allah yang Maha Tinggi. Jika engkau beriman kepada Allah yang Maha Tinggi, maka aku akan berdoa kepada Allah, lalu Dia akan menyembuhkanmu.” Maka orang tersebut beriman kepada Allah dan sembuhlah dia dari kebutaannya.

Setelah sembuh orang kepercayaan raja itu pun menemui raja, raja pun terkejut dan bertanya “siapa orang yang menyembuhkanmu?” lalu dijawablah “Tuhanku.” Lalu bertanya lagi raja “Tuhan yang mana?”

Dijawab lagi oleh orang tersebut “Tuhanku dan Tuhanmu lah yang menyembuhkanku ialah Allah.”

Mendengar jawaban tersebut raja murka, raja beranggapan tidak ada yang lebih tinggi dan patut disembah selain dirinya. Dia pun menangkap orang tersebut dan menyiksanya hingga orang tersebut menyebut nama pemuda itu.

Dipanggillah pemuda itu, sang raja beranggapan pemuda itu telah menguasai ilmu sihir yang hebat yang dapat menyembuhkan segala penyakit, sambut raja ketika pemuda itu ada dihadapan raja.

Pemuda itu menjawab, “Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Sebenarnya yang menyembuhkan mereka adalah Allah.”

Raja pun semakin murka,bagai mana mungkin pemuda yang diutus belajar ilmu sihir malah mengikarinya.

Pemuda tersebut tidak memakai ilmunya untuk menjaga kerajaannya dan menjadikan rakyat sebagai hamba raja. Pemuda ini malahan mengajak beriman kepada Allah.

Maka ditangkaplah pemuda itu dan disiksa sampai dia menunjuk pada si pendeta.

Pendeta pun dipanggil dan diperintah untuk kembali ke agama yang semula, namun sang pendeta menolak. Maka sang raja meminta gergaji kemudian diletakkan tepat di tengah kepalanya, dan dibelahlah tubuhnya sampai terbelah menjadi dua bagian. Kemudian didatangkan pula orang kepercayaan sang raja tersebut, dan dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!!” Demikian pula, ia pun enggan, kemudian ditaruh gergaji itu di atas kepalanya, lantas dibelahlah tubuhnya hingga terbelah.

Pemuda itu dipanggil lagi, disuruhnya untuk kembali ke agama semula. Namun lagi –lagi ditolak.

Raja pun menyuruh prajuritnya untuk membawa pemuda tersebut ke atas gunung, dan berkata “pergilah kalian,apabila ditengah perjalanan dia mau kembali ke agamanya,maka selamatkanlah dia, namun bila tetap menolak lemparkan dia ke dasar juran.” Ucap sang raja.

Lalu mereka segera membawa pergi pemuda itu naik ke gunung. Maka pemuda itu berdoa, “Ya Allah, lindungilah diriku dari (kejahatan) mereka sesuai dengan kehendak-Mu.”

Seketika gunung itu pun bergoncang dengan hebat, prajurit yang membawa pemuda itu berjatuhan, dan pemuda itu datang kembali menemui sang raja. Kemudian raja bertanya kepadanya, “Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membawamu?kemana mereka?”

Pemuda itu menjawab, “Allah yang Maha Tinggi  sudah menghindarkan diriku dari kejahatan yang akan mereka buat.”

Maka pemuda itu diserahkan kepada prajurit yang lainuntuk membawa pemuda tersebut ke laut,dan berkata lagi raja “pergilah kalian,apabila ditengah perjalanan dia mau kembali ke agamanya,maka selamatkanlah dia, namun bila tetap menolak lemparkan dia ke tengah lautan.”

PErgilah rombongan tersebut menuju laut, sesampainya di laut pemuda itu pun berdo’a “Ya Allah, lindungilah diriku dari (kejahatan) mereka sesuai dengan kehendak-Mu.”

Lalu perahu yang mereka naiki pun terbalik dan tenggelam, namun Allah menyelamatkan pemuda tersebut, pemuda itupun kembali ke raja, sekali lagi raja terkejut dan bertanya ia “Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membawamu? kemana mereka?”

Pemuda itu menjawab, “Allah yang Maha Tinggi  sudah menghindarkan diriku dari kejahatan yang akan mereka buat.”

Pemuda itu pun berkata kepada raja “ketahuilah, sesungguhnya engkau tidak akan bisa membunuhku, kecuali bila engkau mau menuruti permintaanku.” Sang raja menjawab, “Apakah itu?”

Pemuda itu menjawab, “kumpulkanlah orang-orang pada suatu tempat, lalu saliblah aku di pohon kurma, ambilah satu anak panahku, letakkan pada busurnya sambil mengucap Bismilah Rabbil ghulam (dengan nama Allah Tuhan nya anak ini).” Lalu lepaskanlah anak panah tersebut, baru engkau bisa membunuhku.”

Raja pun lalu mengumpulkan orang-orang  disuatu tempat yang luas, ia menyalib pemuda tersebut pada pohon kurma, kemudian mengambil anak panah dan busur sembari mengucap “Bismilah Rabbil ghulam (dengan nama Allah Tuhan nya anak ini).” Lalu dilepaskanlah anak panah itu mengenai bagian pelipis. Pemuda tersebut mengusap pelipisnya dan ia pun meninggal dunia.

Maka orang-orang berkata “aamanna bi Rabbil ghulam (kami beriman pada Allah Tuhan-nya pemuda itu).”

Maka dikatakanlah kepada raja, bahwa hal yang selama ini ditakutkan terjadi, semua orang beriman kepada Allah.

Maka raja pun murka, ia memerintahkan agar dibuat parit dan nyalakan api didalamnya, raja pun berkata “barangsiapa yang tidak mau kembali ke agamanya lompatlah ke  dalam parit itu.” Maka dilemparkanlah semua orang kedalamnya, hingga muncul seorang wanita membawa bayinya, wanita itu Nampak putus asa menghadap jurang parit didepannya. Tiba-tiba atas kehendak Allah bayi itu berucap “wahai ibu, bersabarlah,sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.”

0 Response to "Asshabul Ukhdud "Pembakaran Orang – Orang Beriman DI dalam Parit""

Post a Comment